Gausah Cemas Karena FOMO, Cobain deh JOMO!

Gausah Cemas Karena FOMO, Cobain deh JOMO!

Gausah Cemas Karena FOMO, Cobain deh JOMO! – Ladies pernah sengaja nggak ikut ke acara teman, melewatkan tren-tren, dan nggak senang tau apa yang lagi banyak diomongin orang demi mendapat ketenangan batin?

Kalo pernah, Ladies bermakna telah mempraktikkan Joy of Missing Out (JOMO) alias antitesis dari Fear of Missing Out (FOMO).

Apaan, tuh?

Menghilang yang Bikin Bahagia

Dari namanya aja telah bisa di tebak kalo JOMO bisa di simpulkan sebagai tindakan menghilang kala kala demi mendapat kebahagiaan.

Istilah JOMO pertama kali di perkenalkan oleh Anil Dash, seorang blogger asal AS. Dalam sebuah postingan di blog-nya tertanggal 19 Juli 2012, Anil mengimbuhkan deskripsi mengenai apa yang ia maksud dengan JOMO.

Ketika ia dimintakan anjuran oleh orang yang rubah ke New York City, ia umumnya memberitahu transportasi apa yang sebaiknya di gunakan, daerah publik mana saja yang wajib di kunjungi, dan lain-lain.

Namun, kala di mintakan anjuran mengenai acara-acara apa saja yang sebaiknya didatangi di kota “The Big Apple” itu, ia menjelaskan bahwa benar-benar tidak apa-apa jika ada acara yang tidak di datangi, entah di karenakan dompet sedang menipis, kehabisan tiket, atau ketinggalan bus.

Sangat lumrah pula, lanjutnya, dalam suatu acara tiba-tiba seseorang memastikan pulang di karenakan merasa tidak mengenakan baju terbaik, mengenakan baju yang benar-benar heboh, atau wajib tidur cepat di karenakan besok masuk kerja.

Atau benar-benar lumrah kalau seseorang tidak muncul rumah di karenakan mendambakan bermalas-malasan, membaca buku, menonton film, atau kegiatan-kegiatan lain. Dan di saat-saat itulah seseorang bakal tahu bahwa ternyata tidak mengapa jika ada acara atau tren yang terlewatkan.

Ketika seseorang bertambah tua, menggunakan kala bersantai di rumah dengan bermain bersama dengan anak saja telah cukup membuatnya bahagia.

Pada akhirnya, tutupnya, kebahagiaan bakal tercapai jika seseorang telah menyita kendali penuh atas dirinya dan tidak lagi di setir oleh hal-hal lain di luar dirinya.

Baca Juga: Perkembangan Artificial Intelligence dari Tahun ke Tahun

Langkah-Langkah Mencapai JOMO

Jika FOMO berpotensi membuat munculnya rasa cemas, stres, terganggunya kesehatan mental, sampai kehilangan kepuasan atas hidup, JOMO membuat pengaruh sebaliknya. Beberapa penelitian menemukan bahwa JOMO berdampak pada peningkatan fokus, pengendalian atas obsesi, dan kembalinya kesehatan mental seseorang.

Penelitian lain menunjukkan bahwa FOMO bukan sekadar menggunakan kala benar-benar lama di dunia maya, melainkan berakar dari keinginan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Makanya nggak heran kalo banyak orang yang telah nggak buka medsos tetapi tetep terjangkit FOMO.

Di segi lain, JOMO emang membuat Ladies menjadi nggak ter-update berita atau isu terkini, nggak ter-update gosip pertemanan terbaru, dan update-update lain. Tapi, justru di karenakan itulah Ladies merasa telah cukup bahagia dengan apa yang ada.

Apa aja yang wajib Ladies melakukan membuat capai JOMO?

1. Temukan Akar Masalahnya

Seperti di sebutkan tadi, menghilang dari medsos nggak serta-merta menyingkirkan kegelisahan akibat FOMO. Pertama-tama, Ladies wajib menemukan pernah akar kegelisahan dalam diri Ladies.

Selama Ladies merasa khawatir kalo nggak mendapat gosip terbaru, selama itu pula Ladies bakal merasa FOMO. Atau selama Ladies merasa wajib ikuti tren fashion, selama itu pula Ladies nggak bakal bahagia dengan apa yang ada.

So, temukan pernah akar masalahnya sebelum bisa capai JOMO, ya!

2. Berani Berkata ‘Tidak’

Mulai dari sekarang, Ladies wajib berani memastikan mana saja yang prioritas dan tidak. Nggak ada salahnya, kok, kalo Ladies menolak ajakan rekan membuat bergosip, menolak ajakan kolega membuat menggunakan kala di bar, atau menolak ajakan orang lain membuat sekadar kumpul-kumpul. Dengan kata lain, Ladies wajib merasa berani bersikap asertif.

Betul, ini bakal merasa berat kalo Ladies tipikal orang yang ‘nggak enakan’. Maka, mutlak membuat Ladies melakukannya perlahan-lahan secara terus-menerus sehingga Ladies bakal miliki kebiasaan dan nggak lagi merasa ‘nggak enakan’.

3. Prioritaskan Diri Sendiri

Bukan, memprioritaskan diri sendiri bukan bermakna egois. Sama sekali nggak ada yang salah dengan menentukan menggunakan kala bermalas-malasan di rumah ketimbang singgah ke acara kumpul-kumpul kolega.

Pada akhirnya, kita semua bakal tahu kalo memprioritaskan diri sendiri untuk capai kebahagiaan nggak bisa tergantikan oleh apapun, seperti kata Anil Dash tadi.

Kebahagiaan emang kompleks dan nggak bisa hanya di capai sekadar dengan mengaplikasikan JOMO, tetapi setidaknya Ladies merasa mendapat perspektif lain bahwa Ladies bebas melakukan apa pun untuk capai kebahagiaan selama nggak merugikan orang.

Selain JOMO, apa lagi yang bisa membuat kita tenang dan bahagia?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top